Nilai Tukar Rupiah Menguat ke 16.230 Jelang Libur Panjang, Dolar AS Tertekan Ketegangan Trump-Powell
- Rupiah dibuka menguat di level 16.290 dan kini bergerak di sekitar 16.230 menjelang libur panjang.
- Tekanan terhadap Dolar AS meningkat usai Trump kembali melemparkan kritik pedas kepada Ketua The Fed Jerome Powell.
- Fokus pasar beralih ke data inflasi PCE AS yang akan menjadi penentu arah suku bunga dan arah pergerakan Rupiah selanjutnya.
Nilai tukar Rupiah Indonesia (IDR) kembali menunjukkan performa positif pada perdagangan Kamis, menjelang libur panjang akhir pekan di pasar domestik. Rupiah dibuka menguat di level 16.290 per Dolar AS (USD) dan saat ini bergerak di sekitar 16.230 – mengindikasikan adanya arus masuk yang cukup kuat meskipun dibayangi aksi ambil untung.
Sehari sebelumnya, Rabu, Rupiah sempat dibuka di 16.297 namun tertekan hingga menembus di atas 16.300 menjelang penutupan. Tekanan itu datang dari permintaan dolar oleh perusahaan yang tengah memenuhi kewajiban akhir bulan.
Hari ini, pasangan mata uang USD/IDR diprakirakan bergerak dalam rentang 16.200-16.300. Peluang koreksi tetap terbuka, terutama jika aksi ambil untung meningkat seiring mendekatnya akhir kuartal.
The Fed, Trump, dan Pasar yang Gelisah
Dari sisi global, sorotan pasar masih tertuju pada dinamika di Federal Reserve. Ketua The Fed Jerome Powell menegaskan bahwa beban utang federal tidak memengaruhi kebijakan moneter jangka pendek. Dalam kesaksian di hadapan Komite Perbankan Senat, ia menambahkan bahwa cadangan bank tetap kuat dan normalisasi neraca akan berlangsung perlahan. Powell juga menyatakan bahwa Dolar AS tetap menjadi mata uang cadangan utama dunia, dan pasar obligasi dalam kondisi stabil dengan ekspektasi inflasi yang menurun sejak April.
Namun, ketegangan politik kembali menyulut volatilitas pasar. Presiden AS Donald Trump meluncurkan kritik tajam terhadap Powell karena belum menurunkan suku bunga, bahkan menyiratkan tengah mempertimbangkan pengganti. Kondisi ini memicu kekhawatiran atas independensi The Fed, sekaligus menyeret Dolar AS mendekati posisi terendah Maret 2022.
DXY, indeks yang mengukur kekuatan Dolar terhadap sejumlah mata uang utama, melemah ke 97,47 – level terendah dalam lebih dari empat tahun. Tim riset Scotiabank menilai "tekanan terhadap DXY bisa terus berlanjut jika indeks menembus di bawah ambang 98,00."
Pasar Tunggu Data Ekonomi AS
Pelaku pasar kini mengalihkan perhatian ke serangkaian data ekonomi AS, termasuk laporan akhir PDB kuartal 1, Klaim Tunjangan Pengangguran mingguan, Pesanan Barang Tahan Lama, dan Penjualan Rumah Tertunda.
Namun, fokus utama akan tertuju pada data inflasi Personal Consumption Expenditure (Personal Consumption Expenditure/PCE) yang dirilis pada Jumat. Sebagai indikator inflasi favorit The Fed, angka ini berpotensi memberi sinyal penting terkait arah kebijakan suku bunga selanjutnya dan pergerakan pasar – termasuk Rupiah.
Indikator Ekonomi
Indeks Harga Produk Domestik Bruto
Indeks Harga Produk Domestik Bruto (PDB), yang dirilis setiap triwulan oleh Biro Analisis Ekonomi, mengukur perubahan harga barang dan jasa yang diproduksi di Amerika Serikat. Harga yang dibayarkan warga Amerika untuk impor tidak disertakan. Perubahan indeks harga PDB diikuti sebagai indikator tekanan inflasi, yang dapat mengantisipasi suku bunga yang lebih tinggi. Angka yang tinggi dianggap sebagai bullish bagi Dolar AS (USD), sedangkan angka yang rendah dianggap sebagai bearish.
Baca lebih lanjutRilis berikutnya Kam Jun 26, 2025 12.30
Frekuensi: Kuartalan
Konsensus: 3.7%
Sebelumnya: 3.7%
Sumber: US Bureau of Economic Analysis